Israel dan Peran Teknologi AI dalam Konflik Gaza: Keterlibatan India dan Dampaknya terhadap Korban Sipil

Israel dan Peran Teknologi AI dalam Konflik Gaza: Keterlibatan India dan Dampaknya terhadap Korban Sipil

Tuban Pos – Militer Israel telah terlibat dalam serangkaian kekerasan yang menargetkan infrastruktur sipil dan menyebabkan tingginya jumlah korban jiwa di Gaza. Selama 13 bulan terakhir, berbagai laporan mengungkapkan bahwa Israel telah melakukan pengeboman terhadap sekolah, kamp pengungsi, dan rumah sakit, serta melaksanakan eksekusi jalanan terhadap warga Palestina. Sejumlah besar korban yang tewas adalah perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 44.000 orang Palestina tercatat sebagai korban tewas akibat serangan ini. Bahkan, sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, oleh hampir 100 petugas medis yang pernah berada di Gaza memperkirakan bahwa jumlah korban tewas pada Oktober 2024 lebih dari 118.000 jiwa. Sebuah jurnal medis Inggris, The Lancet, menyebutkan bahwa jumlah korban tewas bisa mencapai lebih dari 180.000 orang. Angka korban yang sangat tinggi ini diakibatkan oleh intensitas serangan militer Israel yang sangat agresif di wilayah Gaza.

Selain menggunakan kekuatan militer konvensional, Israel juga dikabarkan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam perang mereka di Gaza. Informasi ini terungkap melalui laporan media Middle East Eye, yang mengungkap keterlibatan India dalam produksi senjata berbasis AI yang digunakan oleh Israel. Salah satu sistem senjata berbasis AI yang digunakan oleh militer Israel adalah sistem senjata Arbel, yang dikembangkan melalui kerja sama antara perusahaan senjata Israel, Industri Senjata Israel (IWI), dan perusahaan India, Adani Defense & Aerospace. Senjata ini mengubah senapan mesin dan senapan serbu menjadi perangkat terkomputerisasi yang dapat meningkatkan akurasi dan efektivitas tembakan.

Sistem Arbel dirancang untuk meningkatkan kemampuan mematikan dan bertahan hidup bagi para tentara Israel dengan memanfaatkan algoritma AI untuk meningkatkan akurasi tembakan dan efisiensi operasional. Senjata ini telah digunakan secara luas di Gaza setelah invasi yang dilancarkan pada Oktober 2023, setelah serangan terhadap wilayah Israel selatan. Arbel, meskipun tidak semutakhir sistem senjata AI lainnya, seperti sistem senjata “Lavender” atau “The Gospel”, dianggap sebagai terobosan dalam peperangan modern karena menggabungkan teknologi AI dalam pertempuran, yang berpotensi meningkatkan jumlah korban tewas secara signifikan.

Pada bulan Oktober 2022, sistem Arbel pertama kali dipamerkan di sebuah pameran pertahanan di India. Sejak itu, senjata ini telah diperkenalkan sebagai “sistem senjata terkomputerisasi pertama” yang dapat meningkatkan tingkat kematian dan akurasi tembakan hingga tiga kali lipat. Kolaborasi antara Israel dan India dalam produksi senjata ini menunjukkan peran besar AI dalam modernisasi perang, yang menambah kekhawatiran akan penyalahgunaan teknologi tersebut untuk meningkatkan efisiensi pembunuhan, terutama dalam konflik yang melibatkan warga sipil.

Banyak pihak, termasuk analis pertahanan, mengungkapkan keprihatinan terkait potensi penyalahgunaan teknologi AI dalam peperangan, yang semakin mengaburkan garis antara peperangan yang sah dan pembunuhan massal. Hal ini menambah beban etis dan kemanusiaan dalam konflik yang telah menelan banyak korban sipil. Seorang penulis, Loewenstein, yang fokus pada isu-isu terkait Palestina, menyatakan bahwa penggunaan senjata berbasis AI seperti Arbel meningkatkan skala kehancuran yang dapat ditimbulkan, terutama terhadap wilayah yang telah dihancurkan oleh agresi militer. Pasukan Israel, yang sebelumnya telah menunjukkan ketidakpedulian terhadap keselamatan warga sipil, kini semakin efektif dalam melakukan serangan, bahkan terhadap anak-anak dan perempuan yang menjadi sasaran utama.

Selain teknologi senjata berbasis AI, India juga terlibat dalam memasok berbagai jenis persenjataan lainnya, seperti drone tempur dan bahan peledak, yang mendukung upaya perang Israel di Gaza. Aktivis dan pengacara di India telah mendesak pemerintah mereka untuk menghentikan dukungan militer kepada Israel, karena keterlibatan ini dianggap memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. Pada Februari 2024, India dilaporkan mengirimkan drone tempur Hermes 900 ke Israel, yang diharapkan dapat memperkuat serangan Israel terhadap Hamas dan infrastruktur di Gaza. Selain itu, sejumlah senjata dan bahan peledak juga dilaporkan telah dikirimkan dari India ke Israel, memperlihatkan betapa besar dukungan yang diberikan India terhadap upaya militer Israel.

Keterlibatan India dalam konflik ini menambah kekhawatiran akan penyebaran teknologi perang yang semakin canggih. Aktivis di India menilai bahwa kolaborasi antara Israel dan India dalam pengembangan senjata AI berpotensi menyebabkan bencana kemanusiaan yang lebih besar, terutama jika teknologi ini terus berkembang dan disebarluaskan ke negara-negara lain. Sistem senjata berbasis AI, seperti Arbel, berpotensi menjadi bagian dari tren global dalam pertahanan modern, di mana teknologi semakin memainkan peran penting dalam menentukan hasil peperangan.

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi canggih dalam peperangan, ada kekhawatiran bahwa hal ini akan memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah-wilayah yang sedang dilanda konflik. Aktivis seperti Loewenstein memperingatkan bahwa jika tidak ada tindakan hukum yang tegas terhadap penggunaan teknologi ini dalam pembunuhan massal, maka senjata berbasis AI akan terus berkembang dan dapat digunakan oleh rezim-rezim otoriter di masa depan.

You might like

About the Author: admin 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *